UKM JHQ adalah sebuah wadah
kegiatan mahasiswa yang bergerak dalam bidang keislaman, dan
usaha pelestarian kebudayaan Islam. JHQ ini, dalam tujuannya sebagai Unit
Kegiatan Mahasiswa berorientasi pada usaha pengembangan bakat dan minat
mahasiswa dalam bidang kajian al-Qur’an, kitab-kitab turost dan tafsir, seni
rebana islami, seni kaligrafi, khitobah, tilawah dan tahfidzul Qur’an.
Dalam
hijrahnya dari tahun ke tahun, JHQ kini (2013) telah menempuh akselerasinya
dalam berbagai usaha melestarikan budaya-budaya Islam dan tradisi religiusitas
selama kurang lebih 15 tahun. Dan dalam usianya yang cukup Tamyiz (dewasa)
itu, berbagai kegiatan pun telah bersama-sama dijalankan oleh pengurus dan
anggota. Adapun sebagai puncak dari aktivitas sehari-hari UKM ini, maka
setiap tahunnya diselenggarakan kegiatan yang diberi nama “Gebyar JHQ”. Ajang
seperti ini tidak hanya dijadikan sebagai agenda tahunan atau agenda
pamungkas sebelum tutup satu masa bakti kepengurusan, akan tetapi dijadikan
juga sebagai usaha pelestarian kebudayaan-kebudayaan Islam yang merupakan
warisan prestasi nenek moyang, melalui lomba-lomba yang kompetitif.
Jauh
dari itu semua, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan bersama bahwa laju
deras arah globalisasi dan perkembangan moderenisasi zaman adalah
suatu hal yang tidak bisa kita hindarkan. Arus globalisasi yang semakin deras
menuntut Ummat Islam berlari kencang mengikuti perkembangaan zaman yang semakin
pesat. Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat Ummat Islam harus
benar-benar pandai dalam memilih dan memilah mana yang positif dan mana yang
negatif agar tidak terjadi degradasi moral dan nilai – nilai Agama.
Manusia
hidup idealnya memang berfikir. Memikirkan yang baik untuk dirinya dan untuk
orang lain. Selain kebutuhan yang bersifat primer, sekunder dan tersier,
manusia sejatinya juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan bathin. Sebuah kebutuhan
yang diyakini mampu memberi rasa bahagia dan senang. Salah satunya adalah lewat
berbudaya dan berseni.
Atas
dasar itulah, maka lahirlah berbagai kebudayaan dan kesenian. Bila dikaitkan
dengan wilayah ke-Indonesiaan lebih khusus pada Islam Nusantara, maka berbagai
kebudayaan dan kesenian itu meluas membentang dari barat-timur tanah kaya ini.
Hasil karya, rasa dan cipta ini menawarkan keindahan dan keuinikan
masing-masing. Proses berkarya ini pula yang diharapkan mampu menciptakan insan
kamil sebagai fitrah manusia itu sendiri.
Dalam
konteks budaya Islam, ajaran-ajaran Islam yang syarat akan nilai-nilai Islami,
memiliki peran yang sangat penting di dalam mengembangkan kebudayaan Islam itu.
Disamping itu, ajaran-ajaran Islam juga dapat membumikan ajaran utama (yang
sebagai syariah) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia.
Manusia sering dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan
mahluk lainnya. Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia mempunyai
akal budi. Dengan adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan
yang cenderung membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan
kebudayaan tersebut manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup.
Akal budi pun mampu menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Hasil dari akal budi itulah yang kemudian akan dikelola dikelola untuk
menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna menuju
peradaban yang modern.Manusia dengan wawasan yang dimiliki akan lebih dapat
memilah-milah bagian-bagian yang positif dan negatif untuk diri pribadi dan
orang lain. Dengan peradaban manusia yang semakin modern maka pola pikir
manusia akan lebih berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan Islam maka
manusia merupakan suatu fungsi yang di gunakan untuk meneruskan kebudayaan
Islam dimasa lalu untuk menjalankan peradaban modern.
Kebudayaan
islam digunakan sebagai pedoman agar manusia tidak terjerumus dalam hal-hal
yang negatif dan manusia dapat memahami betapa pentingnya mempelajari tentang
kebudayaan Islam agar kita sebagai umat Islam dapat tahu betul bagaimana
sebenarnya kebudayaan Islam yang sesungguhnya, khusunya kebudayaan muslim
Indonesia.
Berbanding
sebalik dengan perkembangan kebudayaan yang di idealkan, bahwa tradisi-tradisi
keislaman yang merupakan sarana dakwah islam sedikit demi sedikit, namun pasti,
mulai memudar. Sebagai suatu warisan budaya, tradisi-tradisi ini selayaknya
dilestarikan agar mendapatkan tempat khusus di hati generasi-generasi penerus
Islam selanjutnya. Sebagai contoh, Rebana yang merupakan kesenian khas nan
kental dengan rasa keislaman. Dan Da’i Cilik adalah cikal bakal mubaligh
masa depan, diperuntukan sebagai sarana pengembangan bakat dan semangat yang
berperan aktif dalam mensyi’arkan ajaran islam. Kedua seni islam tersebut kini
mulai ditinggalkan oleh generasi muda islam sendiri. Jika sudah demikian, maka
pertanyaan selanjutnya adalah siapa lagi yang akan memegang dan mewarisi seni
dan tradisi-tradisi tersebut?
Pelajar
atau anak, masuk pada komponen “Subbanul Yaum Rijalul Ghod” (pemuda
hari ini, Pemimpin (orang besar) masa depan), yang sejatinya
menjadi proyek pengmbangan SDM yang sholeh dan bermutu. Dalam diri mereka
tersimpan bakat dan potensi yang syarat akan energi dan kreatifitas. Untuk
itulah diperlukan kegiatan-kegiatan positif dalam menyalurkan
aspirasi-aspirasi, hoby, bakat dan lain sebagainya, agar mereka mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan terhindar dari degradasi
moral, akhlak dan nilai-nilai Agama.
Untuk
menjembatani hal itu diperlukan suatu wadah sebagai motor yang bisa menyetir
dan membawa ummat Islam ke arah yang positif dan tetap memegang teguh
nilai-nilai agama sehingga menjadikan dirinya sebagai ummat yang berakhlak
mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai Agama dan menjaga moral bangsa.
Dan
dari sinilah, JHQ akan menjalankan visi dan fungsinya dalam menjaga dan
melestarikan warisan kebudayaan Islam. Maka melalui berbagai kegiatan yang
dikemas dalam kompetisi yang sehat, sarat akan pengembangan intelektualitas dan
moralitas, diharapakn mampu memberikan stimulus bagi generasi penerus bangsa
ini, guna tetap menjaga dan melestarikan budaya Islam.
Dari sisi organisasi, UKM ini di ketuai oleh seorang
mahasiswa/mahasiswi yang biasa diberi gelar “Pengasuh”. Sebuah penamaan khusus
yang didedikasikan pada mahasiwa yang memimpin lembaga ini. Dalam pelaksaan
kegiatannya, pengasuh dibantu oleh devisi-devisi yang ada dalam JHQ, yaitu
devisi rebana bergerak dalam bidang seni rebana islami, devisi tilawah bergerak
pada seni tarik suara Qur’ani, khitobah didesign untuk menciptakan da’i-da’i,
devisi kajian kitab diharapkan mampu mencetak mahasiswa yang capable (mampu) memahami
kitab-kitab turosh, serta devisi kaligrafi dijadikan ajang penuangan seni
memahat dan menapakkan ayat-ayat suci. Dan terakhir adalah devisi tilawah yang
membidangi proses penghafalan al-Qur’an dengan guru para Khuffadz (penghafal
al-Qur’an) baik dari kalangan mahasiswa atau dosen.
Admint.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar