Sebagian besar dari kita telah
mengenal surah ini sejak kecil. Sejak mengaji di surau, mushola, maupun di
rumah Ustadz-Ustadzah kita (Penulis memanggil guru ngaji, “Mak Dhe”).
Kita menghafalkannya dan selalu mengulang-ulang membacanya. Dalam shalat,
berdoa maupun untuk memperlancar hafalan. Saat dewasa, Surah ini termasuk tiga
surah pendek yang sangat sering dibaca dalam shalat. Dua yang lainnya adalah
surah al-Ikhlash dan al-Falaq.
Waktu berjalan dan cara kita
memahami sesuatu ikut berkembang. Begitu pula kita memahami ayat-ayat Tuhan.
Jika pada masa kanak-kanak kita hanya menghafalkannya dengan disertai latihan
pelafalan sesuai tajwid, sekarang kita membaca dengan merenungi arti dan
maksudnya, bahkan ada sebagian lainnya rutin membaca karya tafsir al-Quran
dalam berbagai bahasa.
Nama Surah
Surah ini merupakan surah
makkiyah menurut al-Hasan, Atha’, ‘Ikrimah, dan Jabir. Ini merupakan pendapat
yang banyak dianut. Sebagian riwayat dari Ibn ‘Abbas, Qatadah, dan sekelompok
lain, menyebutkan ia adalah Madaniyah. Surah kita yang satu ini merupakan
surah kedua puluh satu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Ia merupakan satu rangkaian dengan surah sebelumnya, surah al-Falaq. Kedua surah ini disebut dengan Mu’auwidzatain (dua surah permohonan perlindungan). Ada juga yang menamainya Muqasyqisytan (Dua surah yang menyembuhkan).
surah kedua puluh satu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Ia merupakan satu rangkaian dengan surah sebelumnya, surah al-Falaq. Kedua surah ini disebut dengan Mu’auwidzatain (dua surah permohonan perlindungan). Ada juga yang menamainya Muqasyqisytan (Dua surah yang menyembuhkan).
Kita mengenalnya dengan mudah.
Surah an-nas, sebuah nama yang muncul karena memang manusia lah yang menjadi
pokok tujuan dalam surah ini. “Manusia” disebutkan dalam surah ini lima kali.
Tuhan Pemelihara segala sesuatu disebut Tuhan Pemelihara manusia sebagai
petunjuk bahwa manusialah yang dituju surah ini.
Muawidzatain memiliki banyak
fadhilah atau keutamaan. Di antara keutamaannya yaitu riwayat Ahmad, Abu Dawud,
dan Tirmidzi dari ‘Uqbah bin ‘Amir:
أمرني رسول الله
أن أقرأ بالمعوذات في دبر كل صلاة
Rasulullah
saw. memerintahkanku untuk membaca al-mu’awidzat (al-ikhlas, al-falaq dan
al-nas) di setiap akhir shalat.
Tafsir dan Penjelasan
Diriwayatkan al-Tirmidzi dari
‘Uqbah bin ‘Amir dari Nabi saw. beliau bersabda: Allah telah menurunkan
kepadaku ayat-ayat yang tidak kulihat sepadannya. (Yaitu) (قل اعوذ برب الناس)
hingga akhir surah, dan (قل اعوذ برب الفلق) hingga akhir surah. Tirmidzi berkata
hadis ini hasan shahih. Dan Muslim juga meriwayatkannya.
قل اعوذ برب
الناس
Katakanlah Nabi dan
orang-orang yang mengikutimu: aku berlindung dan memohon pertolongan kepada
Tuhan yang memelihara kami. Menyempurnakan kami dengan bertahap dari masa
kanak-kanak yang rapuh menuju masa dewasa yang kuat badan dan sehat psikis.
Hingga akhirnya menuju masa tua dan kematian yang dinantikan.
مَلك الناس الٰه الناس
Raja
manusia. Tuhan sesembahan manusia.
Kami
berlindung kepada Pemelihara yang sekaligus Raja dan Tuhan yang disembah
mansia. Tiga sifat yang mencukupi bagi manusia untuk merasa tenteram dan damai
dengannya. Yang menjadikan manusia yakin keamanannya karena dia meminta kepada
Tuhan yang memelihara seluruh manusia. Sehingga jika ada dari makhluk-Nya yang
hendak berbuat melampaui batas maka Dia akan memelihara hamba-Nya. Dan sebagai
Raja-Nya manusia, Dia akan mampu menghukum yang melampaui batas tersebut. Jika
itu tidak membuat yang melampaui batas tidak juga berhenti dan terus
memberontak. Maka sebagai Tuhan manusia, Dia mampu melakukan kemashlahatan yang
Dia kehendaki bagi hamba-Nya.
Pada
surah ini Allah mengajari kita berlindung menggunakan tiga Sifat/Asma-Nya dari
satu hal. Sedang pada surah al-falaq hanya satu Sifat/Asma-Nya yang disebutkan,
yaitu ربّ الفلق
(Tuhan Pemilik dan Pemelihara segala sesuatu yang “terbelah”), untuk berlindung
dari tiga hal. Dalam sebuah pengajian tafsir Ustadz Quraish Shihab menyatakan
bahwa ini agaknya dikarenakan betapa sulitnya menghadapi musuh yang disebutkan
dalam surah ini. Yaitu musuh dalam diri manusia yang dihembuskan oleh setan
baik dari bentuk manusia maupun jin, bahkan bisa jadi berasal dari hawa nafsu
diri sendiri. Yaitu:من شر الوسواس الخناس,
Maksudnya kami berlindung kepada Allah dari keburukan setan yang membisiki dan
banyak bersembunyi. Kata “al-Khannas” maksudnya adalah setan selalu membujuk
tanpa jemu-jemu. Saat manusia ingat Tuhan maka dia bersembunyi. Namun ketika manusia
lalai, ia muncul menggoda manusia kembali. Begitulah riwayat yang diterima dari
Ibn Abbas:
الشيطان جاثم على
قلب ابن ادم، إذا سها و غفل وسوس، فإذا ذكر الله خنس
Setan itu mendekam di hati manusia, ketika
manusia lalai dan lupa ia membisikkan (keburukan), ketika manusia ingat Allah
ia bersembunyi.
الذي يوسوس في صدور الناس Yang
dalam membisiki ia itu tidak jemu-jemu dan langsung mengarahkannya pada hati
manusia. Di sini terdapat kesulitan yang sangat dalam diri manusia, yaitu
bisikan dalam hatinya, baik dari setan-manusia maupun setan-jin. من الجنة و الناس
والله اعلم
[1] Disampaikan oleh Nur Ahmad, pada diskusi Jam’iyyah Hammalah
al-Qur’an (JHQ) pada 21 Mei 2013, satu hari setelah kebangkitan Nasional Bangsa
Indonesia. Bahan diskusi ini didapatkan dari kitab tafsir al-Munir karya Wahbah
Zuhaily, dan pengajian tafsir al-Mishbah dari Quraish Shihab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar